Membaca Privatizing Water: Governance Failure and the World’s Water Urban Crisis karya Karen Bakker, kita dituntun untuk menelesuri sengkarut tata pengurusan air dan diskursus seputarnya. Bagi pembaca Indonesia, buku ini menyuguhkan signifikansi privatisasi sumberdaya air di Indonesia dengan studi kasusnya tentang tapak sejarah tata pengurusan air di Jakarta. Bagi pemerhati tata pengurusan air dan teori seputarnya, elaborasi Bakker ini membukakan gambaran besar perdebatan ekologi politik tentang pengurusan air di dunia. Rentang bahasan buku ini bisa dibilang bernapas panjang dengan mengelaborasi perdebatan seputar privatisasi (dan alternatif) pengurusan air secara menyejarah dalam bingkai krisis air, pembangunan, dan urbanisasi. Kita juga diajak melacak sejarah paradigma yang menuntun beroperasinya sistem penyediaan (privatisasi) air hingga hari ini. Dari elaborasi itu, dengan disokong data-data empiris pengurusan air dari berbagai belahan dunia, Bakker menyimpulkan bahwa perdebatan seputar privatisasi air yang berkutat pada konsep publik lawan privat terbukti tidak memadai.2 Di sisi lain, napas gerakan anti-privatisasi air seyogyanya tidak serta merta mempertentangkan “air sebagai komoditas” lawan “air sebagai hak asasi manusia”.
Artikel yang utuh bisa dibaca di Jurnal Wacana No.35/2017 bertajuk Ekologi Politik Air: Akses Eksklusi dan Resistensi
Artikel yang utuh bisa dibaca di Jurnal Wacana No.35/2017 bertajuk Ekologi Politik Air: Akses Eksklusi dan Resistensi
http://insistpress.com/katalog/ekologi-politis-air-akses-eksklusi-dan-resistensi/
Komentar
Posting Komentar